Unjuk Rasa Ojol, Menhub Kritisi Gaya Komunikasi Aplikator Kepada Mitra Driver-nya
Selasa, 20 Mei 2025, 07:35 WIB
BISNISNEWS.id - Hari ini ribuan pengemudi ojek online (ojol) dan taksi online melakukan aksi turun ke jalan, menuntut pemangkasan potongan pendapatan order 20 persen. Padahal, pihak aplikator sudah menjelaskan, potongan 20 persen tidak mengambil hak alias pendapatan driver.
Namun sejumlah pihak malah kurang yakin, kalau yang turun melakukan aksi hari ini adalah murni driver ojol maupun taksi online. Dicurigai, ada kekuatan tersendiri memobilisasi massa untuk kepentingan politik dan bukan untuk kesejahteraan driver ojol.
Sesuai rencana, aksi turun ke jalan itu difokuskan ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub)di Jalan Merdeka Barat Jakarta - Pusat, yang tidak ada urgensinya soal perusahaan aplikasi online.
Idealnya, aksi turun ke jalan itu dilakukan ke kantor aplikator ojol masing-masing, sehingga komunikasinya bisa nyambung dan kurang tepat bila diarahkan ke Kemenhub, karwna aplikator bukan perusahaan transportasi umum, dan tidak termasuk dalam UU No.22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jala..
Kemdati demikian, Menteri Perhububgan Dudhy Purwagandi memberi ruang, karena menyampaikan pendapat hak semua orang dan dikindungi undang-undang, asalkan dilakukan secara benar sesuai prosedur.
Menhub Dudhy juga mengkritisi pola komunikasi perusahaan aplikator transportasi online, seperti Gojek, Grab, Maxim dan Indrive.
Dikatakan Menhub Dudhy, kalau ada komunikasi yang yang baik, seharusnya curhatan para mitra driver tidak harus menyampaikan aspirasinya ke lembaga lain, tapi ke internal masing-masing.
Menhub Dudhy mengilustrasikan, kalau dalam satu keluarga ada seorang anggota keluarga protes dan curhat tentang masalah internal keluarga kepada pihak lain atau ke tetangga, artinya ada pola komunikasi yang kurang baik dan ini harus diperbaiki, agar permasalahan internal tidak melebar ke tetangga.
Para aplikator ojol ini juga diminta bersikap transparan, dan melakukan komunikasi dua arah dengan mitra drivernya. Dikatakan, kalau komunikasi sudah berjalan dengan baik, aksi seperti ini tidak mungkin terjadi.
" Harusnya para driver ojol sebagi mitra aplikator, melakukan aksi sebagai bentuk komunikasi mereka ke kantor aplikator masing-masing. Kalau seperti ini, artinya ada yang perlu diperbaiki dalam berkomunikasi," tutur Menhub Dudhy.
Sangat disadari, selain kurang pas menyasar ke Kementerian Perhubungan, juga secara regulasi, aplikator ojol bukan perusahaan transportasi dan tidak ada payung hukumnya.
Terkait komunikasi, para aplikator (Gojek, Grab, Maxim dan Indrive) seirama mengatakan, sudah melakukan komunikasi dengan baik dengan mitra drivernya
President Gojek (PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk / GOTO) Catherine Hindra Sutjahyo memastikan, komunikasi yang dibangun selama ini sudah sangat ideal.
Komunikasi itu dilakukan dengan dua cara, online dan offline. Online disanoaika di masing-masing miyra driver ke akunnya, demikian juga mitra driver melakukan hal yang sama.
Komunikasi itu juga dilakukan secara offline, melakukan tatap muka secara langsung, baik secara bersama-sama maupun perorangan di kantor untuk membahas beragam persoalan.
Fitegaskan, semua permasalahan dikomunikasikan dengan baik. " Bemar kata Pak Menteri Perhubungan kita harus menjalin komunikasi yang baik dengan mitra driver dan itu sudah kami lakukan terus-menerus," ungkapnya.
Dia juga menyinggung soal potongan 20 persen yang dotuntut mutra ditiver agar diturunkan menjadi 10 persen, kata Catherine, hal itu sudah sesuai dengan aturan, seperti tertuang dalam Permenhub No 1001/2022, yang salah satunya mengatur tentang ketentuan perusahaan aplikasi menerapkan biaya tidak langsung berupa biaya sewa penggunaan aplikasi paling tinggi 15 persen.
Namun Catherine mengatakan, lima persen dari 20 persen tersebut digunakan untuk pembinaan, asuransi. promo, termasuk penanbahan fitur dan beragam kegiatan CSR.
" Potongan 20 persen itu tidak mengganggu pendapatan dari driver, karena diambil dari customer. Kami tidak mengurangi hak-hak dari driver, dan bisa dilihat langsung," ungkapnya.
Dikatakan, sebagai aplikator, pihaknya berupaya berada pada posisi keseimbangan. " Kami sangat setuju dengan Pak Menhub, keberadaan kami ini untuk keberlangsungan usaha, karena , selama ini kami ini juga menjadi bantalan sosial," tuturnya.
Artinya, ungkap Catherine, banyak yang memanfaatkan aplikasi ini sebagai lapangan kerja, atau sambil menunggu pekerjaan baru, usai terkena PHK, bahkan ada, ibu-ibu muda yang memanfaatkan waktu luangnya mengantarkan penumpang.
Hal itu juga diaminkan Direktur Bisnis Mobility & Logistics Grab, Tyas Widyastuti?, Government Relations Specialist MAXIM Muhammad Rafi Assagaf dan Direktur Bisnis inDrive Indonesia, Ryan Rwanda
Tyas mengatakan, komunikasi sydah berjalan baik, namun ketika ada aksi turun ke jalan, artinya ada sesuatu yang aneh dan membuat mereka tidak puas. " Padahal semuanya sudah kami jelaskan dan kami terbuka untuk menjalin komunikasi," jelas Tyas
Hal senada juga disampaikan Direktur Bisnis inDrive Indonesia, Ryan Rwanda. Dikatakan, saluran komunikasi terbuka dan tidak ada yang terputus. (Syam)