Cegah Kecelakaan Akibat Pendangkalan, Alur Layar Ulee Lheule - Balohan Sabang Segera Dikeruk
Rabu, 12 Juli 2023, 14:45 WIBBISNISNEWS.id - Diduga sudah terjadi pendangkalan, alur layar masuk ke Pelabuhan Ulee Lheule Banda Aceh direkomendasikan untuk segera dikeruk, guna menjamin kelancaran, keamanan lalu lintas kapal penyeberangan lintas Pelabuhan Ulee Lheule - Balohan Sabang.
Secara teknis, berdasarkan hasil survey, yang dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Sabang, bekerja sama dengan Pushidrosal menyebutkan, kedalaman kolam berkisar 1,22 sampai 4,72 meter dengan jenis material dasar laut pasir dan lumpur halus.
Pelabuhan Ulee Lheue memiliki alur Panjang 2,5 km (1,39 Nm), lebar (break water) 60 m dan kedalaman 1,17 sampai 12,37 mLWS.
Pelabuhan Ulee Lheue ini, menurut
Direktur Kenavigasian, Capt. Budi Mantoro, memiliki tujuh buah SBNP existing, memiliki system rute alur satu arah (one way route) dan terdapat Stasiun Radio Pantai (SROP Ulee Lheue) PKA 5. Disain alur tidak berada dalam Kawasan konservasi dan tidak terdapat area ranjau, pipa dan kabel bawah laut.
Penjelasan secara teknis ini, disampaikan Caot. Budi pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penetapan Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Ulee Lheue Provinsi Aceh yang telah berlangsung di Hotel Harris, Sumarecon Bekasi, Selasa (11/7/2023) mengatakan, pentingnya untuk memastikan adanya alur pelayaran yang tepat, aman dan efisien di Pelabuhan Ulee Lheue.
Pelabuhan Penyeberangan kapal ferry dan kapal cepat ini merupakan satu-satunya sarana angkutan laut yang melayani penumpang dengan trayek pelayaran dari Banda Aceh-Sabang-Pulo Aceh atu sebaliknya.
Pengembangan pelabuhan kawasan Pelabuhan Ulee Lheue itu sendiri sebelumnya telah dimasukan dalam revisi rencana tata ruang wilayah (RTRW) 2006 - 2016, yang akan menjadikan pelabuhan Ulee Lheule itu sebagai pelabuhan bertarap internasional.
Artinya, kalau berdasarkan RTRW, pelabuhan yang terletak di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh atau kurang lebih 7 km dari Pusat Kota Banda Aceh menjadi pelabuhan pengumpan primer, yang berfungsi sebagai pelabuhan umum untuk melayani penumpang antar pulau dan negara, juga menjadi gerbang untuk provinsi, kabupaten, dan kota di sekitarnya.
Pelabuhan Ulee Lheue saat ini memiliki areal seluas kurang lebih delapan hektar. Mencakup fasilitas terminal penumpang sebagai bangunan utama, lahan parkir, dermaga kapal cepat, dermaga kapal lambat, kolam pelabuhan dan lain-lain.
“Dalam revisi RTRW Kota Banda Aceh 2006-2016 dijelaskan, pengembangan pelabuhan di Pelabuhan lama Kawasan Ulee Lheue adalah untuk pelabuhan skala Internasional, sebagai pelabuhan pengumpan primer dan berfungsi untuk pelabuhan umum melayani penumpang antar pulau dan negara, juga menjadi gerbang untuk provinsi, kabupaten, dan kota di sekitarnya. Pelabuhan ini akan diperuntukan terutama untuk kapal-kapal penumpang dari dan ke Pelabuhan Balohan di Sabang,” tukas Capt. Budi.
Capt. Budi mengatakan sebagai pusat aktivitas penumpang, Pelabuhan Ulee Lheue memiliki kontribusi yang cukup besar pada pertumbuhan ekonomi lokal dan pengembangan perekonomian daerah.
Penetapan alur layar itu menjadi sangat penting karena posisi pelabuhan penyeberangan Ulee Lheule selain sebagai pintu gerbang lintas penyeberangan antar pulau, juga memiliki aspek penting dan strategis dalam mendongkrak perekonomian.
“Hasil survei merekomendasikan untuk melaksanakan pengerukan di area yang terdapat kedangkalan di sekitar kolam Pelabuhan dan jalur masuk alur pelayaran Pelabuhan Ulee Lheue agar olah gerak kapal aman,” ujar Capt. Budi.
Selain itu, demi terwujudnya alur masuk pelayaran yang aman dan nyaman, perlu dilaksanakan sosialisasi bagi pengguna jasa alur masuk pelayaran, seperti boat nelayan oleh para pemangku kepantingan dan perlu diusulkan pula Daftar Suar Indonesia (DSI) yang sudah terpasang.
Capt Budi berharap, dengan ditetapkannya Alur Pelayaran Pelabuhan Ulee Lheue, tidak hanya dapat menjamin keselamatan kapal pada Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan Ulee Lheue sehingga kelancaran traffic dapat meningkat.
Kendati demikian, pengerukan itu juga diingatkan untuk menjaga kelestarian lingkungan maritim di sepanjang perairan Alur Pelayaran guna mendukung para pengguna jasa maritim berupa PLI (Kertas/Elektronik) serta produk Nautika Pushidrosal, meningkatkan intensitas, efektifitas dan konektivitas Pelayaran serta Kelancaran arus barang dan penumpang, serta mempertegas pemanfaatan tata ruang laut sehingga pengelolaan dan pemanfaatan ruang laut menjadi selaras.
Untuk itulah, Capt. Budi berharap melalui Kegiatan FGD ini, para Ahli, Pemangku Kepentingan, dan Pakar Maritim dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, serta pandangan mengenai rencana penetapan Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan.Ulee Lheue.
“Saya berharap, kegiatan FGD ini dapat menjadi awal yang baik dalam proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan dengan berdasarkan informasi yang akurat. Saya juga berharap diskusi yang kita lakukan hari ini dapat menghasilkan pandangan yang cermat, usulan yang konstruktif, dan rekomendasi yang kuat untuk penetapan alur pelayaran masuk Pelabuhan Ulee Lheue Provinsi Aceh,” jelas Capt. Budi.
FGD ini menghadirkan para narasumber dari Direktorat Kenavigasian, Direktorat Kepelabuhanan, Distrik Navigasi Tipe A Kelas II Sorong, serta Pushidrosal. Adapun para peserta FGD berasal perwakilan dari Pushidrosal, Kemenko Marves, KKP dan BIG, perwakilan dari Direktorat dan Bagian di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut, Kepala Distrik Navigasi Tipe A dan Tipe B di seluruh Indonesia, Kantor KSOP Kelas IV Malahayati, Ketua STIP Jakarta, Direktur BP3IP, Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, Direktur Poltekpel Surabaya, Direktur Polteknis SDP Palembang, Komandan Pushidrosal, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Aceh dan Kota Banda Aceh, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh dan Kota Banda Aceh, Kepala BPTD Wilayah I dan Kota Banda Aceh, baik secara luring maupun daring. (Syam)