Empat Perusahaan Korea Akan Meningkatkan Investasinya di Indonesia
Senin, 10 September 2018, 19:24 WIBBisnisnews.id - Empat perusahaan asal Korea Selatan akan meningkatkan investasinya untuk mendukung pendalaman struktur industri di Indonesia agar lebih berdaya saing di kancah global
Menperin Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya Senin (10/9/2018) usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan empat pimpinan perusahaan besar Korsel di Seoul, menjelaskan, dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satu program prioritas yang perlu dilaksanakan adalah menarik investasi.
Keempat pelaku industri dari Negeri Ginseng tersebut adalah Chairman Cheil Jedang (CJ) Group Lee Jae-hyun, Vice Chairman Lotte Group Hwang Kag-gyu, CEO Posco Oh-Joon Kwon, dan Vice Chairman Hyundai Group Chung Ei-sun.
Dalam kunjungan kenegaraannya ke Korea Selatan itu, Presiden Jokowi didampingi Menperin Airlangga Hartarto, Menko Polhukam Wiranto, Menlu Retno Marsudi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala BKPM Thomas Lembong, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Dubes RI untuk Korsel Umar Hadi
Dalam pertemuan itu, kata Mnperin Airlangga, Presiden Jokowi fokus membahas tentag peningkatan investasi dan perkembangan investasi yang tengah berjalan. Misalnya CJ Group yang sudah memiliki pabrik di Pasuruan dan Jombang, Jawa Timur.
Perusahaan Korel itu telah memproduksi monosodium glutamate (MSG), lysine, hingga pakan ternak. Sepanjang 2011-2015, perusahaan bio itu telah menanamkan investasinya mencapai 500 juta dolar AS.
Kemudian, Lotte Group sedang membangun pabrik petrokimia dengan nilai investasi sebesar 4 miliar dolar AS di Cilegon, Banten.
Perusahaan ini akan memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak dua juta ton per tahun.
“Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan etilen, propilen, dan produk turunan lain, sehingga nantinya kita tidak perlu lagi impor,” tegasnya.
Rencananya, proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9.000 orang. "Untuk Hyundai mereka sudah menandatangani MoU mengenai rencana investasinya," lanjut Airlangga.
Demikian jga dengan Posco, yang akan melanjutkan percepatan pembangunan proyek klaster 10 juta ton baja di Cilegon yang diperkirakan tercapai pada tahun 2025.
Perusahaan Korsel tesebut, akan terus melanjutkan dan mengembangkan investasinya di Idonesia. "Semuanya memastikan komitmennya untuk tetap investasi di Indonesia," jelasnya.
Untuk industri otomotif dan kimia merupakan sektor yang tengah dipacu pengembangannya sesuai implementasi Making Indonesia 4.0. Sektor-sektor itu, lajut Menperin, akan menjadi pioner dalam penerapan revolusi industri keempat/
"enjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030," paparnya.
Guna menarik investasi, kakat Menperin, Pemerintah Indonesia bertekad menciptakan iklim bisnis yang kondusif serta memberi kemudahan dalam perizinan usaha.
"Korea sudah punya kebijakan yang mereka sebut New Southern Policy, sebagai tindak lanjut dari Kunjungan Moon Jae-in ke Indonesia pada tahun lalu," tutur Airlangga.
Melalui penguatan kemitraan pengusaha RI-Korsel, diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Saat ini, Korsel menempati negara ketiga terbesar yang menanamkan modalnya di Indonesia, melalui berbagai investasi di sektor industri dasar seperti baja dan petrokimia. Perusahaan-perusahaan Korsel di Indonesia telah menyerap sebanyak 900 ribu tenaga kerja.
Potensi perdagangan kedua negara sangat besar. Tahun 2017, neraca perdagangan RI-Korsel mengalami surplus sebesar 78 juta dolar AS dari total nilai perdagangan yang mencapai 17 miliar dolar AS.(Syam S)