Indonesia Butuh Transportasi Umum Berkesehatan
Selasa, 17 Maret 2020, 07:35 WIBBisnisNews.id -- Kemajuan teknologi transportasi ikut memudahkan virus menyebar ke mana-mana. Ke depan, tuntutan akan alat transportasi khususnya transportasi massal tidak hanya memenuhi syarat berkeselamatan. Tetapi juga syarat berkesehatan, artinya ada fasilitas dan prosedur yang mementingkan pencegahan penyakir menular di dalam kendaraan (Muhammad Akbar, 2020).
Penyelenggaraan transportasi tidak hanya melihat aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Sudah saatnya ditambah aspek kesehatan. Kabar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dinyatakan positif terinfeksi virus Corona (COVID-19) cukup mengagetkan publik.
Menhub Budi Karya merupakan pejabat tinggi Indonesia pertama yang terinfeksi virus Corona. Harapannya semoga segera pulih dan tidak menular ke yang lain.
Menurut data dari University of Hamburg, Germany, jumlah kematian di dunia dalam dua bulan terakhir di tahun 2020 telah terjadi 2.360 orang meninggal akibat terinfeksi virus Corona.
Namun angka kematian ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan 69.602 orang meninggal akibat cuaca dingin, 140.584 orang meninggal akibat malaria, 193.479 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, 240.950 orang meninggal akibat HIV Aids, 358.471 orang meninggal akibat minuman alkohol, 716.498 orang meninggal akibat merokok dan 1.177.141 orang meninggal akibat kanker.
Kematian akibat kecelakaan lalu lintas 82 kali lipat dibanding kematian akibat terinfeksi virus Corona. Namun, persebaran virus Corona yang demikian cepat ke hampir seluruh negara di belahan dunia dan sudah membuat kepanikan masyarakat, tentunya tidak harus diabaikan begitu saja. Berapapun jumlah yang meninggal adalah penting, meski hanya satu nyawa yang hilang akan sangat berharga.
Merebaknya virus Corona ke beberapa negara termasuk Indonesia, telah membuat Pemerintah Indonesia mengantisipasi agar virus tersebut tidak menyebar luas. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan lima protokol, salah satunya Protokol di Area dan Transportasi Publik.
Khusus di transportasi publik, apabila sedang dalam kondisi tidak sehat, jangan mengemudikan kendaraan. Sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti mencuci tangan menggunakan air dan sabun, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok dan mengonsumsi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Aditif), tidak meludah di sembarang tempat, hindari menyentuh area wajah yang tidak perlu.
Penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu, sebaiknya menggunakan masker selama berada di dalam kendaraan. Lakukan pembersihan menggunakan desinfektan terutama setelah mengangkut penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu.
Saat mengangkut penumpang dengan gejalan mirip flu, disarankan penumpang untuk mengenakan masker. Jika penumpang tidak memiliki masker, berikanlah masker kepada penumpang. Ukur suhu tubuh setidaknya dua kali sehari pada saat sebelum dan sesudah mengemudi. Terutama setelah membawa penumpang yang mengalami demam, batuk atau flu.
Upaya lockdown seperti halnya di Wuhan (Tiongkok), atau beberapa negara lain memang belum dilakukan. Bisa jadi pertimbangan ekonomi menjadi penyebabnya jika suatu kota di Indonesia dilakukan lockdown. Dengan kondisi seperti sekarang ini, perekonomian masyarakat mulai menurun.
Sektor pariwisata salah satunya mulai menurun yang juga berimbas pada rangtai bisnis pendukungnya, seperti persewaan kendaraan, penginapan hotel, kuliner, usaha catering. Pendekatan social distance atau menjaga jarak lebih dikedepankan, supaya ekonomi masyarakat tetap berjalan.
Aktivitas bertransportasi di Jakarta pasti berpengaruh. Biasanya menggunakan transportasi umum, beralih menggunakan kendaraan pribadi. Antrian Panjang pengguna MRT dan Trans Jakarta. Ojol menjadi pilihan bertransportasi.
Sementara aktivitas pusat perbelanjaan, perkantoran, perbankan masih berlangsung normal. Walaupun ada himbauan untuk bekerja di rumah. Kontak dengan publik akan memperbesar risiko penyebaran Covid-19. Mengisolasi diri tidak hanya untuk keselamatan diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, bahkan mungkin pula dalam skala besar untuk umat manusia.
*Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang di MTI Pusat