Ini Rekomendasi KNKT Untuk Jalur Pemalang-Purbalingga Jateng
Sabtu, 15 Februari 2020, 06:26 WIBBisnisNews.id -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan beberapa rekomendasi keselamatan khususnya di jaur Pemalang-Purbalingga Jawa Tengah. Jalur itu menjadi alternatif aus mudik baik Lebaran, Natal dan Tahun Baru (Nataru) atau long weekend lainnya.
"Rekeomendasi itu, diantaranya adalah perbaikan superelevasi, perbaikan papan peringatan, perbaikan pagar pengaman jalan yang sudah rapuh, pemasangan delineator/chevron pada tikungan," kata investigator kNKT Ahmad Wildan menjawab BisnisNews.id di Jakarta.
Selain itu, lanjut dia, KNKT telah merekomendasikan untuk memasang road stud pada tikungan berbahaya maupun lengkung vertikal ganda ( jalan ciluk ba ), pembangunan jalur penyelamat serta perbaikan talud (dinding penanahan tanah) agar tebing tidak longsor.
Hasil moitoring KNKT di jalur tengah Jawa itu, menurut Wildan, ada 3 hal yang menjadi catatan dan disampaikan KNKT ke Forum LLAJ Jawa Tengah. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan asoek keselamatan pengguna jalan, khususnya di masa peakseason seperti Lebaran dan Nataru.
Pertama, jelas Wildan, jalur Pemalang – Purbalingga adalah merupakan jalan provinsi kelas III yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer. "Artinya standar geometrik pada jalan tersebut dipersiapkan bagi kendaraan dengan panjang maksimal 9 meter dan lebar maksimal 2,1 meter," kata Wildan menjawab BisnisNews.id di Jakarta, Sabtu (15/2/2020).
Namun pada kenyataannya, jelas Wildan, pada operasionalnya dilalui oleh bus besar maupun truk besar dengan panjang 12 meter dan lebar 2,5 meter. Hal ini, menurut Wildan, tentu saja menjadikan jalan tersebut “seolah” dibawah standar.
Pasalnya, pada dasarnya radius tikung dan alinyemen horizontal maupun vertikal lainnya hanya dipersiapkan bagi kendaraan dibawahnya. Jika tidak hati-hati, maka pengguna jalan akan rawan menjadi korban kecelakaan di jalur ini.
Kedua, jelas Wildan, KNKT masih menemukan adanya tikungan dengan superelevasi terbalik, sehingga kendaraan yang melaluinya berpotensi terkena gaya sentrifugal dan tertarik ke jurang.
"Dan ketiga KNKT menemukan adanya dinding tebing yang longsor, terutama pada musim hujan membawa lumpur ke jalanan," tandas dosen PKTJ Tegal itu.(helmi)