Pengacara Khawatirkan Serangan Pengadilan
Kamis, 13 April 2017, 19:21 WIBBisnisnews.id - Dua perempuan muda yang dituduh meracuni Kim Jong Nam muncul diborgol di pengadilan Kamis (13/04/2017). sementara pengacara mereka mengatakan polisi Malaysia masih belum menyerahkan rekaman kamera keamanan dan dokumen untuk pembelaan.
Siti Aisyah, dari Indonesia, dan Doan Thi Huong dari Vietnam adalah tersangka yang ditahan sejak 13 Februari karena pembunuhan Kim Jong Nam. Sedangkan 4 tersangka asal Korea Utara telah melarikan diri dari Malaysia di hari pembunuhan itu, kata polisi.
"Tertuduh tidak boleh ditolak hak dasarnya untuk pengadilan yang adil," kata pengacara Aisyah, Gooi Soon Seng. Dia mengatakan dia telah menunggu polisi menyediakan video dan pernyataan dari 3 orang Korea Utara yang sudah ditanyai dan dibebaskan.
"Tidak ada pihak dapat mencari keuntungan tidak adil dengan menyembunyikan senjata di balik punggung. Tidak boleh ada serangan pengadilan," kata Gooi.
Hakim menunda sidang sampai 30 Mei.
Kepala Polisi Malaysia, Khalid Abu Bakar mengatakan hari Kamis (13/04/2017) bahwa pengacara harus mengajukan permohonan untuk bukti melalui pengadilan dan polisi harus mendapatkan izin dari jaksa agung sebelum bukti dilepaskan.
Ketika ditanya tentang pendapat pengacara bahwa mereka telah mengirim permintaan lima kali, melalui fax dan dengan tangan, tanpa mendapatkan balasan polisi, Khalid berkata, "Mungkin tidak mencapai petugas yang benar. ...Harusnya ada gangguan komunikasi di suatu tempat. "
Para wanita dituduh mengolesi wajah Kim dengan agen saraf VX di terminal bandara Kuala Lumpur. Tapi mereka mengatakan mereka ditipu dan menyangka sedang bermain lelucon tidak berbahaya untuk acara kamera tersembunyi. Para wanita ini menghadapi hukuman mati jika terbukti bersalah.
Gooi mengatakan ia takut wanita-wanita ini akan menjadi kambing hitam karena semua orang menyakini bahwa pelaku sebenarnya telah meninggalkan Malaysia.
Empat warga Korea Utara yang terbang dari Malaysia pada hari pembunuhan itu diyakini telah kembali Pyongyang. Dan 3 lainnya yang sempat tinggal di dalam kedutaan Korut di Kuala Lumpur untuk menghindari interogasi polisi, diizinkan terbang pulang akhir bulan lalu, setelah Malaysia mencapai kejutan kesepakatan dengan Pyongyang untuk meredakan ketegangan.
Polisi Malaysia mengatakan mereka mempertanyakan 3 orang dan tidak menemukan alasan untuk menahan mereka. Tapi Gooi mengatakan hari Kamis (13/04/2017) bahwa setidaknya salah satu dari 3 laki-laki yang diidentifikasi oleh polisi sebagai Ri Ji U dan dikenal Aisyah sebagai "James" justru adalah kunci pembelaannya.
"Hal itu menggugurkan keadilan," kata Gooi terhadap keputusan Malaysia yang memungkinkan orang-orang tersebut meninggalkan negara itu. "Para terdakwa sudah jadi kambing hitam."
Khalid menolak klaim Gooi ini.
"Mereka bisa mengatakan apa-apa yang mereka suka, tapi kami punya kasusnya. Saya hanya menunggu Korea Utara untuk mengirim kembali 4 tersangka kepada kami," katanya.
Gooi kepada The Associated Press pada hari Rabu (12/04/2017) mengatakan bahwa James merekrut Aisyah pada awal Januari untuk membintangi video prank show. Selama beberapa hari, Aisyah menggosok minyak atau saus lada di wajah korban dari dahi ke bawah, kata pengacara.
Mereka berlatih di mal-mal, hotel dan bandara, katanya. Aisyah dibayar 100-200 dolar untuk setiap prank dan berharap pendapatan ini akan memungkinkan dia berhenti bekerja sebagai escort sosial, kata Gooi.
Gooi mengatakan Aisyah terbang ke Kamboja pada akhir Januari, di mana James memperkenalkannya kepada Hong Song Hac, salah satu dari 4 tersangka asal Korea Utara yang meninggalkan Malaysia pada hari pembunuhan itu. Hong memperkenalkan dirinya sebagai Chang, seorang Cina yang memproduksi video prank untuk pasar Cina, katanya.
Hong meminta Aisyah untuk melakukan beberapa pranks lebih dulu di bandara Kuala Lumpur beberapa hari sebelum Kim diserang. Aisyah bertemu Hong di bandara pada hari pembunuhan itu, dan Hong mengidentifikasi Kim untuk Aisyah dan diduga menaruh racun pada tangannya. (marloft)