Perubahan Iklim Dan Perdagangan Bebas Jadi Topik Tersulit
Sabtu, 08 Juli 2017, 01:44 WIBBisnisnews.id - Perundingan mengenai perdagangan global dan perubahan iklim di KTT G20 terbukti sangat sulit, kata Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Jumat (7/7/2017), sementara polisi dan demonstran bentrok sepanjang hari di kota Hamburg.
Merkel mengatakan kepada para pemimpin kekuatan ekonomi G20 bahwa mereka harus siap berkompromi saat dia bekerja menuju hasil yang dapat diterima setiap orang.
Itu adalah tugas menantang mengingat keputusan Presiden Amerika Trump pada tahun lalu untuk menarik diri dari kesepakatan Paris melawan perubahan iklim.
Negosiator masih memiliki banyak pekerjaan untuk merumuskan bagian perdagangan dalam komunike penutupan KTT, Merkel mengatakan setelah hari pertama pertemuan.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar peserta menyerukan perdagangan bebas tapi juga adil dan menggarisbawahi pentingnya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), meskipun dia tidak menentukan negara mana yang tidak mendukung perdagangan bebas.
"Diskusinya sangat sulit, saya tidak mau membicarakannya," kata Merkel.
Pemimpin Jerman tersebut mengatakan bahwa sebagian besar peserta KTT mendukung kesepakatan iklim Paris.
"Akan sangat menarik untuk melihat bagaimana kita merumuskan komunike besok dan ada pendapat berbeda di bidang ini karena Amerika Serikat sangat disesalkan ingin menarik diri dari kesepakatan Paris," kata Merkel. .
Jerman sangat ingin mempertahankan tradisi G20 dalam membuat keputusan melalui konsensus. Merkel telah menolak seruan dari beberapa pihak untuk mendorong pernyataan G-19 tanpa AS terkait perubahan iklim.
Membuka diskusi di awal hari, Merkel mengatakan kepada rekan-rekan pemimpin bahwa ada jutaan orang ikut dalam keprihatinan, ketakutan dan kebutuhan mereka dan berharap kita dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah.
"Kita semua tahu tantangan global besar dan kita tahu sedang mendesak," katanya dikutip dari The Associated Press. "Jadi solusi hanya bisa ditemukan jika kita siap berkompromi. Tentu saja bisa ada perbedaan."
Para pemimpin membuat pernyataan bersama dalam memerangi terorisme. Mereka meminta untuk memastikan bahwa tidak ada tempat untuk pendanaan teroris di manapun di dunia dan berjanji untuk bekerja sama dengan penyedia layanan internet dan administrator aplikasi dalam memerangi penggunaan web untuk propaganda dan pendanaan terorisme.
Merkel mencatat bahwa negara-negara G20 mewakili dua pertiga populasi dunia, empat per lima dari produk domestik bruto dunia dan tiga perempat perdagangan dunia.
G-20 terdiri dari Argentina, Australia, Brasil, China, Jerman, Prancis, Inggris, India, Indonesia, Italia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Hadir pula Belanda, Norwegia, Spanyol, Guinea, Senegal, Singapura dan Vietnam.
Merkel mengatakan bahwa ancaman tes rudal Korea Utara dibahas pada pertemuan hari Jumat (7/7/2017) oleh para pemimpin Korea Selatan dan negara-negara lain di kawasan tersebut, dan semua berharap Dewan Keamanan PBB akan menemukan jawaban yang tepat terhadap Pyongyang.
Di sekitar pusat kongres di pusat kota, aktivis anti-globalisasi membakar puluhan mobil dan mencoba menghalangi delegasi nasional memasuki KTT, walau tidak berhasil.
Dua puluh ribu petugas berpatroli di jalan-jalan, udara dan perairan Hamburg. 900 lainnya bertugas mengatasi bentrokan tersebut.
Merkel mengucapkan terima kasih atas kerja keras mereka.
"Saya memiliki pemahaman untuk demonstrasi damai," katanya. "Tapi demonstrasi kekerasan membahayakan kehidupan manusia, mereka membahayakan orang-orang itu sendiri, mereka menempatkan petugas polisi dan pasukan keamanan dalam bahaya, menempatkan penduduk dalam bahaya, dan karenanya tidak dapat diterima." (marloft)