Rusia Dan China Desak Korut, AS Dan Korsel Redakan Ketegangan
Rabu, 05 Juli 2017, 16:55 WIB
Bisnisnews.id - Rusia dan China bergabung mendesak Korea Utara, Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menandatangani perjanjian de-eskalasi China yang dirancang untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea yang dipicu program rudal Pyongyang.
Rencana tersebut akan menekan Korea Utara menangguhkan program rudal balistiknya dan Amerika Serikat dan Korea Selatan juga secara bersamaan menyerukan moratorium latihan rudal berskala besar. Rusia dan China bergerak untuk membuka jalan bagi perundingan multilateral.
Inisiatif tersebut ditetapkan dalam sebuah pernyataan bersama dari kementerian luar negeri Rusia dan China yang dikeluarkan sesaat setelah Presiden Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping mengadakan perundingan luas di Kremlin, Selasa atau Rabu (5/7/2017) WIB.
"Situasi di wilayah ini mempengaruhi kepentingan nasional kedua negara," kata pernyataan bersama tersebut. "Rusia dan China akan bekerja dalam koordinasi yang erat untuk mendapatkan solusi terhadap masalah kompleks Semenanjung Korea dengan berbagai cara yang memungkinkan."
Korea Utara mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah berhasil melakukan uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) untuk pertama kalinya. Program yang menerbangkan sebuah lintasan yang menurut para ahli dapat memungkinkan sebuah senjata untuk mencapai negara bagian AS di Alaska.
Rusia dan China sama-sama berbagi perbatasan darat dengan Korea Utara dan telah terlibat dalam upaya masa lalu untuk mencoba menenangkan ketegangan antara Pyongyang dan Barat.
Moskow dan Beijing menggunakan deklarasi bersama yang sama untuk meminta Washington segera menghentikan pengapalan sistem anti-rudal THAAD ke Korea Selatan. Sebuah tindakan yang menurut Washington harus dilakukan untuk mengatasi ancaman rudal Korea Utara.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa Washington menggunakan Korea Utara sebagai dalih untuk memperluas infrastruktur militernya di Asia dan berisiko mengganggu keseimbangan strategis kekuasaan di wilayah tersebut.
"Penyebaran ... THAAD akan menyebabkan kerugian serius bagi kepentingan keamanan strategis negara-negara regional, termasuk Rusia dan China," kata pernyataan tersebut.
"Rusia dan China menentang penyebaran sistem semacam itu dan meminta negara-negara yang bersangkutan untuk segera menghentikan dan membatalkan proses penerapan." (Gungde Ariwangsa)