Tekan Laka Lantas, LMS Aplikasikan Rekomendasi KNKT Untuk Turunkan Gap Kecepatan
Sabtu, 14 Maret 2020, 21:10 WIBBisnisNews.id -- Pemerintah cq. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bersama pihak terkait terus berusaha menekan angka kecelakaan transportasi, termasuk di ruas tol Cipali. Menurut catatan KNKT, tahun 2019 dilaporkan setiap hari terjadi kecelakaan. Kasus yang paling banyak adalah tabrak depan/belakang dengan tingkat fatalitas yang berbeda-beda.
PT. Lintas Marga Sedaya (LMS), operator tol Cipali mulai mengimplementasikan salah satu rekomendasi KNKT untuk menurunkan gap kecepatan di jalan tol Cipali. Kecepatan kendaraan merupakan penyebab tingginya kasus tabrak depan/ belakang di salah satu ruas tol TransJawa itu.
"Kasus laka lantas itu (setiap hari terjadi kasus tabrak depan belakang di jalan tol Cipali sepanjang tahun 2019)," kata investigator senior kNKT Ahmad Wildan di Jakarta, Sabtu (14/3/2020).
Dikatakan, KNKT sudah merekomendasikan chevron reducing marking dan dragon teeth pada lajur lalu lintas untuk memberikan "tipuan mata" pada pengguna jalan sehingga menurunkan kecepatannya.
Selanjutnya, KNKT bersama Balitbang Kemenhub akan mengevaluasi skema baru dalam speed management di Indonesia ini. "Jika efektif maka akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Perhubungan," kata Wildan saat dikonfirmasi BisnisNews.id.
Selain itu, kata dia, International Road Assessment Program (IRAP) juga merekomendasikan gap kecepatan kendaraan di jalan antarkota maksimal adalah 30 km/ jam. Menjaga laju kecepatan di jalan raya apalagi jaan tol sangat perlu, untuk menurunkan kasus kecelakaan yang tinggi beberapa waktu terakhir.
"Jika melaju diatas angka tersebut, maka potensi tabrak depan belakang tinggi. Sementara, hasil survey KNKT dan Balitbang Kemenhub mencatat gap tersebut di Tol Cipali mencapai 100 km/jam," sebut IRAP lagi.
Hal ini, menurut Wildan, sangat berresiko bagi pengemudi yang mengalami penurunan kewaspadaan (lost of situation awareness). "Untuk itulah KNKT merekomendasikan skema baru dlm speed management di jalan tol berupa pemasangan jenis marka baru yang disebut chevron reducing marking dan dragon teeth," sebut Wildan.
Sementara, diantara keduanya akan diuji mana yang lebih efektif untuk memberikan tipuan mata pada pengemudi, sehingga mereka lebih waspada dan tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. "Implikasinya, kasus laka lantas tabrak depan/ belakang bisa ditekan semaksimungkin," tegas Wildan.(helmi)