Tidak Ada Kemajuan Dalam Negosiasi Brexit
Kamis, 31 Agustus 2017, 19:15 WIBBisnisnews.id - Negosiator utama Brexit dari Eropa, Michel Barnier mengatakan bahwa tidak ada kemajuan yang menentu di isu-isu kunci dalam pembicaraannya dengan Inggris.
Dia mengatakan bahwa perundingan masih cukup jauh, belum juga memulai pembicaraan mengenai pengaturan perdagangan di masa depan.
Dia juga mengatakan ada masalah kepercayaan antara kedua belah pihak.
Namun Sekretaris Inggris untuk Brexit, David Davis mendesak Uni Eropa untuk bersikap lebih imajinatif dan fleksibel dalam pendekatannya.
Selama konferensi pers bersama di Brussels, Barnier mengakui bahwa ada beberapa diskusi bermanfaat mengenai isu seputar hubungan antara Irlandia dan Ulster, namun secara keseluruhan ia pesimis mengikuti putaran terakhir perundingan Brexit di Brussels.
"Kami tidak mendapatkan kemajuan pada masalah prinsipil," katanya.
Inggris ingin memulai pembicaraan perdagangan sesegera mungkin, namun Brussels menegaskan bahwa diskusi hubungan masa depan setelah Brexit hanya dapat dimulai setelah kemajuan yang cukup telah dicapai dalam pengaturan biaya penarikan diri.
Dikutip dari BBC, Barnier mengatakan, "Pada saat ini, kami belum dapat mengatakan bahwa kemajuan telah terjadi. Saya hanya dapat merekomendasikan kepada Dewan Eropa bahwa saat ini terlibat diskusi mengenai hubungan masa depan antara Inggris dan Uni Eropa dan selama tahun 2018 terus berupaya menyelesaikan kesepakatan keluar dan biaya penarikan."
Kritik Maskapai Ryanair
Maskapai penerbangan LCC terbesar di Eropa telah berencana ekspansi untuk layanan Inggris pada musim panas mendatang. Tapi Ryanair memperingatkan, kecuali kesepakatan penerbangan pasca-Brexit difinalisasi, maka tidak akan ada penerbangan setelah Maret 2019.
Layanan baru yang akan membawa 25 juta penumpang di tiga bandara di London memanfaatkan kebijakan open skies, kesepakatan yang memungkinkan setiap maskapai Eropa terbang antara dua bandara Uni Eropa.
Namun CEO Ryanair, Michael O'Leary telah mengulangi keprihatinannya tentang tidak adanya kemajuan dalam kesepakatan penerbangan.
"Skenario terburuknya menjadi semakin besar," katanya.
"Tanggung jawab ada pada pemerintah Inggris untuk menyampaikan sebuah kesepakatan. Jika tidak ada kesepakatan pada bulan Maret 2019, Inggris dilempar keluar dari Uni Eropa, keluar dari open skies dan tidak akan ada penerbangan."
Bos Ryanair mengkritik Theresa May, "Saya gagal untuk melihat apa yang dia lakukan di Jepang selama tiga hari, mengapa dia tidak berada di Brussels atau Frankfurt atau Paris, dimana negosiasi harus dilakukan. Ada krisis yang terjadi di sini."
"Brexit akan menjadi bencana bagi ekonomi Inggris, dan dia harus berada di sana untuk bernegosiasi atau setidaknya menyingkirkan hambatan-hambatan ini, bukannya berkeliaran minum teh dan sake di Jepang."
"Penerbangan akan terhenti dari bulan Maret 2019 jika dia menyelesaikan kesepakatan dalam 12 bulan ke depan." (marloft)