Tiongkok Tebarkan Propaganda Perang Rakyat Hadapi Virus Corona
Kamis, 13 Februari 2020, 11:50 WIBBisnisNews.id-Seperti bingung menghadapi wabah mematikan virus corona yang belum juga ada kesudahannya, Presiden China Xi Jinping melalui partai komunis-nya membuat istilah sebagai "perang rakyat".
Sejak terjangkitnya wabah virus corona pada Desember 2019, korban terinfeksi yang tewas di negeri Tiongkok itu tercatat lebih dari 1.300 orang.
Angka kematian diprediksi akan terus bertambah, mengingat warga terinfeksi kronis cukup besar.
Tiongkok seperti terkucilkan dari negara-negara di dunia, karena seluruh penebangannya, masuk dan keluar dihentikan. Sebagian besar negara, termasuk Indonesia telah melakukan penghentian sementara melakukan perjalanan ke negeri Xi Jinping.
Ekonomi China terjun bebas, zebab seluruh kegiatan bisnis di negeri itu terjhenti, terlebih p[erdagangan antar negara. Semua menutup pintu untuk tidak kontak langsung dengan barang-barang asal China.
Rakyat Tiongkok seperfti dilansir AFP, diperintahkan secara bersama-sama mengibarkan bendera partai dalam menghadapi epidemi. Perintah itu beredar di media sosial berisi satu slogan,
Jalan-jalan dan taman-taman di Beijing dan tempat-tempat lain kosong karena orang lebih memilih bersembunyi di rumah karena wabah koronavirus (AFP / GREG BAKER)
Xi Jinping telah membayar upeti kepada "kawan-kawan ... di garis depan" sementara media pemerintah telah memberitakan pentingnya patriotisme dalam menanggulangi wabah.
Wartga di kota-kota di China menujtup diri dan bersembunyi, khawatir tersengat virus corona baru yang terus memakan korban.
Sekarang ini juga berkembang propaganda menakutkan, mengungunjungi rekan, saudara itu sama dengan saling, membunuh.
Indonesia
Terkait penyebaran virus corona yang belum menyentuh Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertanyakan belum adanya laporan terinfeksi, padahal perdagangan dan penerbangan ke negeri itu cukup tinggi.
Sebab, negara-negara di sekitarnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, hingga Australia sudah mengonfirmasi terpapar epidemi itu.
Sementara itu lima peneliti Sekolah Kesehatan Masyarakat T.H Chan Harvard, seperti dilansir CNN Indonesia, telah menemukan bahwa ada korelasi positif antara jumlah penumpang yang melakukan perjalanan udara dari Wuhan terhadap potensi kemunculan kasus virus corona di negara lain.
Beranjak dari hasil temuan itu, virus corona juga diduga sudah masuk ke Indonesia.
Berdasarkan studi berjudul Using Predicted Imports of 2019-nCoV Cases to Determine Locations that may not be Identifying All Imported Cases, negara-negara yang memiliki penerbangan langsung dari Wuhan diperkirakan memiliki kasus corona dengan perhitungan lebih dari 95 persen interval prediksi (PI).
Lokasi-lokasi penerbangan langsung dari Wuhan China dan jumlah kasus yang dilaporkan di bawah 95 persen interval prediksi (PI) bisa menunjukkan potensi kasus yang tidak terdeteksi di lokasi-lokasi tersebut terutama ketika kontak itu terjadi sebelum pembatasan perjalanan (ke Wuhan) diberlakukan.
Secara khusus, Indonesia dan Kamboja dengan sejumlah penerbangan langsung dari Wuhan saat wabah menyebar memiliki jumlah kasus di bawah 95 persen PI dan telah melaporkan nol kasus (Indonesia) dan satu kasus (Kamboja) sejauh ini, sementara Thailand memiliki kasus paling banyak dengan tetap di bawah PI.
Riset tersebut membandingkan Indonesia serta Kamboja dengan negara-negara lain yang memiliki penerbangan langsung sudah melaporkan kasus virus corona, seperti Jerman, Singapura, Jepang, Hong Kong, hingga Inggris dan Amerika Serikat.
Padahal jarak negara-negara tersebut dengan daratan China lebih jauh daripada jarak Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu. Penelitian itu merekomendasikan Indonesia dan Kamboja untuk memperketat pengawasan dan pengendalian demi memastikan kasus corona terdeteksi. (*/Ari)