Inland Waterways Jadi Alternatif Menekan Biaya Logistik
Selasa, 17 Juli 2018, 13:27 WIBBisnisnews.id - Transportasi air berbasis sungai atau Inland Waterways melalui Kanal Cikarang Bekasi Laut (CBL) menjadi alternatif moda transportasi logistik baru dari kawasan pelabuhan tanjung Priok ke pusat Industri Cikarang Bekasi.
Inland Waterways ini juga diyakini mampu menekan tingginya biaya logistik akibat kemacetan parah di jalan raya, karena harus berbagi dengan pengguna jalan raya lainnya. Namun, kendala teknis yang akan dihadapi di CBL nantinya ialah soal kedalaman air sungai, yang kerapkali megalami surut dan lebar sungai yang akan dilewati kapal tongkang.
Kanal CBL yang sudah masuk dalam proyek strategis nasional itu bahkan sudah siap dibangun tahun 2018 ini. Namun harus benar-benar diperhitungkan beragam kendala teknis. Jangan sampai moda trasportasi alternatif yang telah dibangun dengan biaya cukup mahal itu menjadi sia-sia.
Beragam kendala Inland Waterways kanal CBL ini dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Hotel Merlynn Park, Jakarta, Selasa (17/7/2018). Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo dalam FGD itu mengatakan, lebih dari 90 pesen angkutan logistik di Indonesia masih menggunakan moda berbasis jalan raya.
Tingginya penggunaan angkutan logistik berbasis jalan raya ini lain itu, berdampak langsung terhadap kemacetan lalu-lintas yang berujung tingginya biaya logistik. Selain itu juga menimbulkan ketidakpastian pengiriman barang yang sangat merugikan pemilik barang.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terus berupaya mengurangi kemacetan sehingga dapat menekan biaya logistik. Salah satunya adalah mencari alternatif moda transportasi lain.
"Untuk itulah, pada hari ini kita mengundang para pemangku kepentingan baik dari sektor pemerintah maupun swasta, para pelaku usaha logistik, operator pelabuhan, dan juga asosiasi-asosiasi di bidang logistik maritim dan kepelabuhanan untuk membahas lebih dalam mengenai salah satu alternatif moda transportasi lain yang potensial sebagai angkutan logistik," jelas Dirjen Agus.
“Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan potensi jalur kanal sungai sebagai alternatif transportasi logistik, optimalisasi ini diharapkan akan menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan area hinterland,” imbuh Agus.
Dengan dimasukannya Proyek CBL dalam proyek strategis nasional, proyek ini diharapkan sudah mulai dibangun pada tahun 2018. Namun demikian, Agus menjelaskan bahwa dengan kompleksitas stakeholder yang terlibat, maka ada banyak kendala yang harus dihadapi, salah satunya permasalahan yang berkaitan dengan perijinan dan kepatuhan terhadap regulasi-regulasi yang ada.
Sedangkan dari segi bisnis, pembangunan pelabuhan patimban dan pembangunan jalan tol juga menjadi isu yang mempengaruhi urgensi pembangunan CBL inland waterways.
"Selain itu, ada pula kendala teknis lain yang harus benar-benar diperhitungkan yakni tingkat kelayakan proyek serta kendala fisik di CBL sendiri terkait lebar, kedalaman, tinggi muka air, dan instalasi infrastruktur di sepanjang CBL baik pipa maupun jembatan,"papar Agus.
Untuk itulah, Agus berpendapat bahwa tingkat kelayakan serta manfaat yang didapat dari proyek ini perlu dikaji secara terperinci, apakah nantinya dapat memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi angkutan logistik ataupun dampak positif maupun negatif lainnya.
"Selain itu, saya rasa melalui pertemuan ini semua stakeholder dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan lebih baik lagi agar rencana pembangunan CBL dapat dipastikan kelayakannya dari aspek teknis, ekonomi, finansial dan legal serta akan optimal pemanfaatannya sehingga tercapai tujuan menurunkan biaya logistik," tuturnya.
Hadir pada acara FGD tersebut, Staf Ahli Bidang Logistik dan Multimoda, Cris Kuntadi, Staf Ahli Bidang Hukum dan Reformasi Birokrasi, Umar Aris serta Kepala Badan Litbang Kemenhub, Sugihardjo. (Syam S)