Kisah Pelita Air, VLCC Sampai Menyelamatkan Aset di Timor Timur
Minggu, 11 Agustus 2019, 09:21 WIBBisnisNews.id -- Pertemuan pertama dengan Dhani Andriananta Presiden Direktur PT.Pelita Air Service, anak perusahaan Pertamina, adalah hal yang cukup menarik karena kami punya kisah masa lalu saat masih aktif di PT Pertamina (Peraero). PT.Pelita didirikan tahun 1970 dan kini mengoperasikan 14 rotary wing dan 9 fixed wing. Pelita Air beroperasi mendukung industri perminyakan di Insonesia.
"Sosok Dhani ini menarik, setidaknya karena ada 2 kejadian dimasa lalu yang telah kami torehkan untuk Republik (Indonesia) tercinta ini," begitu disampaikan @Ibrahim Hasyim di Jakarta.
Pertama, lanjut dia, terjadi sewaktu mendampingi saya ke pabrik mesin MAN di Augburg Jerman dan Copenhagen Denmark. Pertamina waktu itu sedang dalam rencana membangun tanker minyak raksasa VLCC. Karena merasa bargaining position Indonesia kuat kala itu, kepada Senior Vice Presiden MAN saya katakan, "Tahu kah tuan, semua tanker Pertamina itu sifatnya mandatory, yaitu harus memakai pelumas brand sendiri, maka dgn begitu, tentu akan sulit bagi kami bisa menggunakan mesin-mesin produksi MAN," kata Ibrahim.
Menurut dia, sejauh itu pelumas Pertamina belum ada yang mendapat approval dari MAN, padahal mutunya tidak kalah. Dhani sebagai manajer pemasaran Pelumas Pertamina kala itu, kemudian mempresentasikannya tentang kehebatan mutu pelumas Indonesia.
"Dan kemudian mereka kalang kabut salah tingkah dan pada akhirnya MAN memberikan approval dan ujung-ujungnya lahirlah brand Salyx pelumas mesin kapal yang saat ini luas dipakai di dunia pelayaran," kisah Ibrahim saat dikonfirmasi BisnisNews.id.
Kejadian kedua, menurut Putra Aceh itu, kala Timor Timur terjadi Chaos pascapengumuman hasil referendum tahun 1999. "Saya kemudian menantang perwira-perwira muda, siapa yang berani dan mau masuk bersama saya ke Timtim untuk menyelamatkan aset dan operasi Pertamina disana," tanya Ibrahim.
Menurut Ibrahim, Dhani cepat menunjuk tangan dan kami hand in hand bersama kawan2 lain akhirnya berhasil mempertahankan asset dan bisnis Pertamina disana sampai sekarang ini. Dua legacy itu adalah nyata bagi Republik Indonesia.
Sebagai apresiasi kepada Dhani, disamping naik golongan, kami beri kesempatan sekolah Magister ke Canada dan Allah-lah yang tahu kemudian. Ternyata pengalaman selama belajar dan melihat bagaimana Canada melayani BBM ke lokasi-lokasi terpencil di negara yang sangat luas itu, tanpa infrastruktur dan lautan salju dimusim dingin.
Pesawat-pesawat kecil air truck itulah jawabannya. Dan itu kemudian ikut memberi inspirasi dan pertimbangan bagaimana mengangkut dan melayani BBM Satu Harga ke beberapa lokasi terpencil di Papua dan Kalimantan saat ini.
"Bagaimana cerita operasinya, pasti seru, dan itu nanti bisa dibaca di Buku, setidaknya bisa memberi inspirasi untuk berbuat kepada negeri, sekalipun itu kecil, tapi berbuat nyata," tegas Ibrahim.(helmi)