YOR di Terminal Jamrud Nilam Mirah Tanjung Perak Surabaya Rendah
Kamis, 27 Juni 2024, 10:57 WIBBISNISNEWS.id - Branch Manager (BM) Terminal Jamrud Nilam Mirah Muh Junaedhy mengatakan terminal milik PT Pelindo yang berada di kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini memiliki tingkat efisiensi sangat tinggi. Hal ini dapat diukur dengan yard optimization ratio (YOR) di pelabuhan tersebut rendah.
Artinya, secara operasional, terminal kargo umum dan curah kering ini memiliki kecepatan dan ketepatan dalam mendistribusikan barang yang masuk dan keluar pelabuhan.
Selain itu, berth occupancy ratio (BOR) atau tingkat utilisasi (penggunaan) dermaga, yakni perbandingan antara waktu penggunaan dengan waktu tersedia mencapai sekitar 50 persen. Angka itu masuk dalam kategori aman.
Seperti terminal mutipurpose atau terminal serbaguna pada umumnya di banyak pelabuhan, kerapkali terjadinya pengendapan barang di lapangan penumpukan. Tapi di Terminal Jamrud Nilam Mirah kawasan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini, kondisi itu tidak terjadi
Ruang kontrol, operasional terminal (Foto:BN/Syam)
Junaedhy mengatakan, setiap barang yang dibongkar dari kapal langsung naik truk dan dibawa ke luar terminal, dan kalaupun harus diendapkan, waktunya sangat pendek.
Pola kerja yang ditetapkan ibu sangat efisien, dan memangkas biaya tinggi logistik, karena si pemilik barang tidak harus merogoh kocek untuk biaya tambahan penumpukan.
"Minim penumpukan barang muatan di sini (Terminal Jamrud), meskipun multi purpose," kata Junaedhy.
Pantauan awak bisnisnews.id di lokasi terminal, sesuai yang telah dijelaskan
Junaedhy, ketika memasuki areal terbatas, minum penumpukan, yang ada hanyalah alat berat berupa crane untuk kegiatan bongkar dan muat barang.
"Lihatlah di kawasan lapangan penumpukan, minim penumpukan, artinya YOR ini masih rendah, karena sekarang orang ini cenderung ketika bongkar (barang) langsung dikirim ke gudang penerima," ujarnya.
Menurutnya, efisiensi stavedoring (membongkar barang dari kapal ke dermaga) dan cargodoring (mengangkut dari dermaga ke gudang) dapat membantu mengurangi penumpukan barang dengan cara yang lebih teratur dan efisien.
"BOR di Terminal Jamrud secara umum masih di bawah 50 persen, masih aman, dari tiga terminal, dari tiga terminal 50 persen BOR-nya, masih aman kalau dari BORnya," ucapnya.
Junaedhy menyebutkan arus bongkar muat untuk komoditas terbesar di Terminal Jamrud meliputi steel billet, steel coil, steel slab (lempengan baja), calcium carbonat, dan pupuk.
Ia mengatakan, komoditas tersebut mengalami peningkatan, tercatat sepanjang tahun 2023 sebanyak 2.779.850 ton. Data itu meningkat 8,4 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat 2.564.015 ton.
"Barang muatan yang paling banyak di sini salah satunya general kargo. Itu ada steel produk komoditi unggulan yang ada di Terminal Jamrud yang setiap tahun naik. Steel produk itu macam-macam, ada plate, wire rod, ada steel coil, ada slap. Jadi cukup banyak," ujar Junaedhy.
Lebih lanjut, Junaedhy mengatakan bahwa selain steel produk di terminal tersebut juga tinggi untuk barang kargo curah yakni pupuk urea, gula, garam, termasuk jagung.
"Kalau di (Terminal) Mirah itu cenderung barang kelontongan. Kemudian kalau di Terminal Nilam itu cenderung lebih banyak curah cair," jelasnya.
Ia juga mengaku bahwa Terminal Jamrud berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik, terutama setelah melakukan transformasi layanan.
(Syam)